Sunday, April 6, 2008

Rimbawan


by Yogi Kartiko

Monday morning shocking!, setelah 3 hari ndak buka email…wow  …kalo aku pinjem bosone arek Ganis "kate la po kon iku podo?". Mrondo kasih judul dipostingannya aneh banget  isine ngalor ngidul hahahhhaha bikin orang kalo mung sokur baca jadi muntap.

 

Tapi mungkin aku bisa memahami mrondo, ndro di bahasa ibu kata hutan dan rimba itu dibedakan seperti forest dan jungle di bahasa inggris. Kalo ndak salah inget sih di wjs poerwodarminto (satu masukan buat warnet di indonesia biar tambah afdol dan thoyibb harus menyediakan kamus bahasa indonesia!!) beda hutan dan rimba itu pada campur tangan manusia. Jadi luasan dengan pohon besar rimbun dan seisinya jika masih asli itu rimba, kalo sudah ada campur tangan manusia itu namanya hutan. (mohon koreksi ini logikaku berdasar ngeling-ngeling wjs poerwodarminto tadi keliru).

 

Sekarang masalah sebutan kalo dalam bahasa inggris manusia yang mengurusi hutan disebut forester, kalo yang ngurusi rimba … (meski belum pernah denger mungkin imron, mrondo, toni atau yang laen bisa betulin..) jungleman.. tapi dikuping ndak pas juga, kalo diganti man on the jungle pasti bayangannya ke tarzan.. dan bisa dipastikan yang dibayangin lenthu pasti pake huruf XXX….hahahahaha. tapi rimbawan yang ada di benak orang-orang sekarang ndak lebih dari forester (eng).

 

Jadi apakah rimbawan itu tarzan karena harus selalu di hutan? Sebentar itu terlalu konyol, coba dipikir lagi…jika yang dimaksud dengan rimbawan adalah orang yang mengurusi hutan maka banyak jenis pekerjaan yang harus diurusi. Mulai dari perencanaan, eksplorasi, rehabititasi hingga pemberdayaan  masyarakat local, kebijakan, pengawasan, dlll … yang mana disebut yang rimbawan? ato rimbawan jenis apa? Kalo yang bisa ngurusi semuanya namanya bukan rimbawan tapi superman!...

 

Rimbawan itu yang penting punya tjap ngurusi hutan, entah ngurusi yang outcome-nya jelek opo baik, ngurusnya juga ndak harus di rimba bisa dikantor, di rumah bahkan di penjara sekalipun, aktifitasnya bisa mulai agustus -september tergantung anggaran, ato bisa setaiap hari selamanya selama masih hidup….tidak berdasar pada ijazah mereka apa, Ndro..bener juga omonganmu tentang kulit luar rimbawan di postingan ( " yogi & anak macan : idealis)…hahahaha
 
politisi, bisa siapa saja tidak urusan dengan ijazah mereka harus dari isipol... bankir pun bisa jadi siapa saja asal punya banyak duit dan ngerti perbankan tidak harus lulusan ekonomi....beda kaya dokter atau apoteker...itu profesi. yang ndak punya ijazah farmasi tapi praktek bikin obat...yo itu tukang jamu..dan  kalo ada kasus mal-praktek siap dipenjara.
 
jadi inget pas ikut kuliahnya pak kwik "jangan sebut saya ekonom, basic saya mikro" katanya sambil tersenyum menyindir fenomena aneh negeri ini....meskipun beliau punya "sedikit" kompentensi jadi ekonom...hahahahahh ahaha MERDEKA.

 

Jadi rimbawan itu adalah sikap mental (menurutku yang bukan rimbawan). Bukan karena ijazah, tapi karena pikiran, perhatian, dan dedikasinya untuk perbaikan dan pembangunan hutan Indonesia….tapi ternyata itu terlalu muluk…terlalu ngoyo woro…terlalu tinggi…idealis… .njelehi …whuek cuh buang kalen wae…

 

Salam Rahayu

 

1 comment:

Anton said...

Rimbawan sebuah sikap mental: dekonstruksi nilai

MERDEKA!!!!!!

Menggagas kata "rimbawan" bisa serius atau sambil lalu, dari gojek kere sampai diskusi keras balang-balangan kursi.:-?

Mohon baca:
http://www.bernas.co.id/news/CyberNas//4922.htm
Bapak Sambas di koran bernas tersebut pada link di atas,
Menekankan pentingnya peran "rimbawan" dalam mengelola hutan berbasis ekosistem.
Artinya peran serta rimbawan bukan pada satu titik tertentu, yaitu "tinggal" di hutan. Ini sebuah gambaran dari email Om Yogi terdahulu.
Ttg WJS Purwodarmintonya manut aja deh, secara males ke perpus buat liat.

Asal kata rimba+wan(atau wati juga boleh lah...:D).

rim·ba n hutan lebat (yg luas dng pohon yg besar-besar): hilang tidak tentu -- nya, hilang lenyap tanpa meninggalkan kesan atau jejak;
-- beton daerah (kota) yg penuh dng bangunan bertingkat: pada akhir abad ke-20 ini Jakarta akan menjadi -- beton; -- raya hutan yg amat besar;
me·rim·ba v 1 menjadi spt rimba: ladangnya sudah ~; 2 pergi atau bekerja di rimba: setiap hari ia ~ mencari kayu bakar;
pe·rim·ba n orang yg mencari nafkah di rimba: perkelahian seru antara ~ dng harimau

rim·ba·wan n 1 ahli kehutanan; 2 pencinta hutan
Kedua kata tersebut bersumber dari:
http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php

Tentang batasan rimba/hutan secara keilmuan rasa-rasanya cukup bisa diwakili oleh kamus itu dalam bahasan sekarang ini. Walau ada penjelasan yang lebih mendalam terlebih mengenai syarat2 sebuah kawasan bisa disebut hutan atau rimba (jadi ingat Ekologi Hutan I).

Sepakat dengan Om Yogi bahwa konyol jika rimbawan adalah "tarzan". Sepakat lagi pada Om Yogi bahwa rimbawan adalah "tjap" bagi yang ikut (atau ikut2an) ngurusin hutan entah outcomenya apa. Seperti yang diungkapkan salah satu guru besar kita tadi bahwa pengelolaan hutan sekarang berbasis ekosistem.

Tentang romantisme, ada yang ingat di perpustakaan kehutanan ada buku bulukan tulisan jaman baheula dari seorang bos wassen di hutan jati jawa. Dia seorang penjaga hutan, tunggangan sehari2nya kuda, dengan pistol dan senapan. Bisa dilihat juga di Manggala, pakaian seorang "jagawana" pada jaman itu dengan pelana kudanya kalau ndak salah. Apakah romantisme menunggangi kuda, topi kulit pistol dan bedil masih relevan?.
Kata rimbawan berkesan megah gagah..... tidak takut keluar masuk hutan mengarungi sungai banjir tidur berselimut embun diiringi orkestra serangga bertusuk gigi bulu landak. Seperti Indiana Jones yang bergulat dengan artefak2 kuno. Apakah kegagahan dan nama besar yang kemudian dicari dalam nama rimbawan?.

Batasan dalam kamus besar bahasa indonesia, menarik sekali karena dalam kamus tersebut (link di atas) menyebutkan tentang adanya perimba, orang mencari nafkah di hutan.
Pergeseran budaya dan kemajuan mungkin bisa digunakan sebagai landasan logika berpikir bahwa mencari nafkah di rimba bukan lagi para peramu, pemburu. Sehingga bagi saya semua orang yang bekerja dalam sektor kehutanan belom tentu rimbawan (yang secara gambang ditulis dalam kamus itu sebagai ahli kehutanan dan pecinta hutan).Tetapi perimba bisa juga menjadi seorang rimbawan, jika memiliki nilai "ahli" (pada taraf tertentu) tentang hutan dan juga mencintai hutan. Jika dibalik, apakah rimbawan bisa menjadi perimba, bagi saya sangat mungkin ketika ke"achli"an tentang hutan tadi telah dilupakan dan kecintaan terhadap hutan telah luntur. Jadi semangatnya adalah semangat "mencari" nafkah doang.

Hutan saat ini, jika kemudian nilai yang mendasari pemanfaatannya adalah "cuma" finansial semata-mata, bukan kemudian seperti yang tertera dalam uang logam Rp 100 jaman lalu (hutan untuk kesejahteraan). Artinya semata-mata nguntal kayu demi kekayaan segelintir orang saja. Maka sah-sah saja (bagi saya) menyebutnya sebagai perimba. Yang jelas berbeda dengan rimbawan.

Sehingga (sekali lagi) bagi saya kesimpulan bahwa; rimbawan itu adalah sikap mental (menurutku yang bukan rimbawan). Bukan karena ijazah, tapi karena pikiran, perhatian, dan dedikasinya untuk perbaikan dan pembangunan hutan Indonesia (Kartiko, 2008) adalah TJOTJOK.

Nilai-nilai yang ada didalam diri itulah yang menunjukkan apakah dia rimbawan atau bukan. Para pemikir di LIPI (atau mana saja), para penggagas nasib rakyat di DPR bisa jadi seorang rimbawan yang baik walau mungkin tidak pernah masuk ke hutan tetapi mereka mencurahkan energi bagi perbaikan dan pembangunan hutan Indonesia. Dan orang yang memiliki dasar keilmuan kehutanan belum tentu seorang rimbawan ketika nilai yang di"usung" dalam kesehariannya adalah "rupiah".

Menggunakan "Tjap" rimbawan, menstempel kening kita dengan kata "rimbawan" pada akhirnya adalah sebuah pilihan. Yang mau memakai tjap itu tentunya harus menyadari batasan dan "beban moral" atau pun social obligation yang terbawa dalam kata rimbawan tersebut.
Dan memilih menjadi perimba adalah sah hukumnya walau mungkin akhirnya (pada kasus-kasus terntentu) akan berhadapan dengan sang Rimbawan.
Selamat memilih untuk mentattoo kening atau lengan dengan kata rimbawan......
Yang jelas rimbawan ada di hati dan otak.


aku sendiri lebih suka menyebut diriku pengelana rimba
Yang tidak memiliki Jane tetapi Lily.

Salam,
-a-