Friday, May 9, 2008

Hutan dan Keamanannya


by
Untoro "Mantan Asper SALEM"

Pak EJ dan kawan-kawan yang lain...
terima kasih atas protes dan keprihatinannya terhadap penembakan di wilayah hutan. Tulisan saya ini bukan berarti membela teman2 Perhutani (krn saya memang karyawan Perhutani), dalam hal ini kami juga semua prihatin atas kejadian tersebut. Namun coba kita lebih arif dan tidak langsung menjustifikasi. coba bayangkan posisi kita sebagai petugas pada saat itu...
Sama dengan saudara Wawan chinmi yang pernah jadi sinder, saya pun pernah jadi sinder atau asper selama 2,5 tahun. Banyak pengalaman berhadapan dengan pencuri, menangkap dan didemo oleh warga, difitnah bahkan mungkin diguna2. Nah kali ini saya akan berbagi cerita. ini

TRUE STORY :
Suatu saat di tahun 2006, saya mendapat laporan warga atas adanya penebangan liar di wilayah kerjaku.seketika saya bersama mandor dan mengajak satpol PP langsung menuju titik sasaran yang berjarak sekitar 20 km. Benar di sana ada kurang lebih 40 orang sedang menebang pohon yang dikomandoi oleh oknum Kades. Kami hanya bertiga : Saya, anggota Satpol dan LMDH yang langsung berhadapan dengan orang yang membawa gergaji dan parang dengan muka beringas. Sementara para mandor berjaga di bawah. sempat agak terpikir dalam benakku : MATI AKU, ketika mereka langsung mengepung kami. Sebagai petugas saya tidak kalah gertak, saya panggil pimpinan rombongan dan kami perintahkan untuk turun dan membiarkan pohon yang sudah terlanjur ditebang (sebanyak 7 pohon Pinus). Meski saya memang bawa senjata, tapi akal sehat saya masih ada. Alhamdulillah 40 orang tersebut mau menuruti dan balik ke desa. Kami pun perintahkan mandor dan mantri untuk mengamankan kayu dan meletter tunggak yang ada.

Satu jam setelah kejadian, saya pun turun ke desa terdekat karena saya pikir sudah reda. Ternyata setelah berada di desa, warga kembali bergerak lagi dengan jumlah yang lebih besar, seingat saya ada 4 truk penuh orang. Usut punya usut ternyata mereka diprovokatori oleh seorang warga yang memang sering bikin masalah. Para mandor dan mantri kami yang sedang melaksanakan tugas langsung dihujani pukulan dan batu. Karena anak buah jadi bulan-bulanan massa maka saya pun jadi emosi, polsek saya kontak dan saya pun mempersiapkan senjata. Tapi beberapa tokoh masyarakat dan kapolsek mencegah saya. Kami pun hanya mengamati massa yang merusak hutan. Secara kedinasan saya lapor ke Polsek atas kejadian perusakan hutan dan penganiayaan. Namun kasus ini tidak diproses dan info yang saya peroleh rentetan sangat panjang sampai ke salah satu Parpol kuat.

Yang lebih menyakitkan lagi, BERITA yang berkembang dibalik faktanya bahwa Petugas Perhutani mengeroyok warga desa. Mungkin berita ini bisa lebih parah, kalau saat itu saya sempat meletuskan senjata. Bahkan mungkin angkatan 93 bisa kehilangan salah satu anggotanya.
Ini salah satu kejadian yang menimpa saya, bukan membela tapi ngudarasa untuk dapat direnungkan bersama :
1. Petugas itu tetap Manusia yang juga punya Rasa Capek, Tanggung Jawab profesi dan EMOSI yang mungkin sebagai bentuk pembelaan diri. Karena banyak juga petugas Perhutani yang mati dalam menjalankan tugas tapi tidak ada beritanya.
2. Kita lebih bijak dalam membaca dan mendudukkan sebuah berita/kabar, biarkan pihak berwajib yang menentukan.
3. Permasalahan sosial masyarakat desa hutan adalah tanggung jawab kita bersama, terlebih para rimbawan atau yang pernah menempuh pendidikan di Fak Kehutanan.
Mungkin Anton Budiono juga bisa cerita banyak tentang saya (karena saya jadi sinder di kelahirannya) , banyak penggergajian yang saya obrak - abrik, banyak warga yang demo ke kantor Perhutani dan beberapa oknum sudah masuk penjara bahkan karyawan Perhutani ada yang dikeluarkan. .. Ini sebuah resiko Profesi....
Sekali lagi terima kasih atas masukannya, kami pun sudah mulai berbenah dan Perlahan "drop the guns" terus dilaksanakan, saya yakin ke depan masyarakat kita akan sadar akan pentingnya hutan ini. SEMOGA...... ...

mari kita bangun dan pertahankan hutan kita ....


No comments: